Metode Pembelajaran Spesialisasi Tugas
Dan Mitos Belajar Kooperatif
A.
PENDAHULUAN
Spesialisasi tugas menyelesaikan
masalah tanggung jawab individual dengan membuat tiap siswa memiliki tanggung
jawab khusus terhadap kontribusinya sendiri terhadap kelompok, artinya bahwa
setiap siswa betanggung jawab atas sebagian dari keseluruhan tugas. Metode
spesialisasi tugas menekankan kepada suatu kemampuan untuk menguasai materi
pelajaran secara kontiniu dan berkelanjutan dengan demikian kontribusi
pemikiran setip anggota kelompok berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok
tersebut. (Cohen, 1986).
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk
memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik
pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.
B.
PEMBAHASAN
1.
Metode
pembelajaran Spesialisasi tugas
A.
Group Investigasi (Kelompok
Investigasi)
1.
Dasar Pemikiran
Group
investigasi memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan sejak awal tahun
abad ini. Diantara tokoh yang tekemuka dan berorientasi pada pendidikan adalah
John Dewey. Pandangan Dewey terhap kooperasi dalam kelas sebagai sebuah
prasyarat unutk bisa menghadapi berbagai maslah kehidupan yang komplek dalam
masyarakat demokrasi.
Untuk
mengimplementasikan dasar pemikiran diatas maka:
·
Menguasai kemampuan kelompok,
·
Perencanaan kooperatif,
·
Peran guru,
2.
Implementasi
Dalam kelompok investigasi, ada enam langkah yang
harus dilakukan guru dalam mengimplementasikan kelompok investigasi yaitu:
a.
Mengidentifikasi topik dan mengatur
murid kedalam kelompok.
b.
Merencanakan tugas yang akan
dipelajari
c.
Melaksanakan investigasi
d.
Menyediakan laporan akhir
e.
Mempresentasikan laporan akhir
f.
Evaluasi
B.
METODE CO-OP CO-OP
Co-Op Co-Op
hampir sama dengan kelompok investigasi. Metode ini menempatkan kelompok dalam
kerja sama antara satu sama lain untuk mempelajari suatu topik di kelas. Metode
ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam
kelompok-kelompok kecil. Untuk menguji pemahaman mereka tentang pelajaran yang
telah dipelajari maka diberikan kesempatan untuk berbagi pemahaman baru atau
dengan teman sebaya.
Ketika guru
memahami filosofi Co-Op Co-Op maka dia dapat memilih beberapa cara untuk mengaplikasikan pendekatan yang akan
digunakan di dalam kelas.
Untuk itu
ada 9 langkah dalam peningkatan kemampuan dalam metode ini.
A.
Diskusi
Kelas terpusat pada siswa
Mendorong
para siswa untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka sendiri
terhadap subyek yang akan dipelajari lalu lakukan diskusi kelas yang terpusat pada
siswa.
Tujuan dari
diskusi ini haruslah dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
unit pelajaran dengan membuka dan memancing rasa ingin tahu mereka, diskusi
harus mengarah pada sebuah pemahaman di antara guru dan semua siswa mengenai
apa yang akan dipelajari dan dialami oleh para siswa sehubungan dengan topic
yang akan dicakupi.
B.
Menyeleksi
Tim Pembelajaran Siswa dan Pembentukan Tim.
Apabila para
siswa belum memulai bekerja dalam tim, aturlah mereka ke dalam tim heterogen
yang terdiri dari empat sampai lima anggota seperti dalam STAD. Para siswa
perlu memiliki kelompok kerja dengan kemampuan yang baik dan kepercayaan yang
terbangun sebelum memulai co-op co-op.
C.
Seleksi Topik Tim
Biarkan
siswa memilih topic untuk topic tim mereka terlebih dahulu, apabila topic tim
tidak langsung diikuti dengan diskusi kelas berpusat pada siswa. Doronglah
siswa untuk mendiskusikan berbagai macam topic di antara mereka sendiri supaya
mereka dapat memastikan topic yang paling banyak menarik perhatian anggota tim
mereka.
Guru bisa
memfasilitasi kesatuan kelas dengan menunjukan bagaimana tiap topic tersebut
dapat memberikan kontribusi penting kepada tujuan kelas, yaitu menguasai unit
pelajaran yang sedang dipelajari.
D.
Pemilihan
Topik Kecil
Tiap tim
membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas di antara anggota tim, tiap
siswa memilih topic kecil yang mencakup satu aspek dari topic tim. Topic kecil
ini mungkin saja tumpang tindih, dan anggota tim di dorong untuk saling berbagi
referensi dan bahan pelajaran, tetapi tip topic kecil harus memberikan
kontribusi yang unik bagi usaha tim.
E.
Persiapan
Topik Kecil
Setiap siswa
bertanggung jawab terhadap topic kecil mereka dan bahwa kelompok tersebut
tergantung pada mereka untuk menemukan aspek penting dari usaha yang dilakukan
tim.
Persiapan
tim bisa saja melibatkan penelitian kepustakaanm, pengumpulan data melalui
wawancara atau eksperimen, mencipatakan proyek individual, atau sebuah kegiatan
ekspresif seperti menulis atau melukis.
Kegiatan-kegiatan
ini dilakukan dalam ketertarikan yang semakin kuat karena para siswa tahu
mereka akan membagi hasil karyanya dengan teman satu timnya dan bahwa hasil
kerja mereka akan memberikan kontribusi terhadap presentasi tim.
F. Presentasi Topik Kecil
Setelah para
siswa menyelesaikan kerja individual mereka mempresentasikan topic kecil mereka
kepada teman satu timnya. Presentasi topic kecil di dalam tim haruslah bersifat
formal. Yaitu tiap anggota tim diberikan waktu khusus, dan berdiri ketika
mempresentasikan topic kecilnya.
Presentasi
dan diskusi kelompok kecil di dalam tim dilakukan dengan cara yang dapat
membuat semua teman satu tim memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman yang
dilakukan oleh masing-masing anggota tim. Selama presentasi kelompok kecil,
pembagian tugas di dalam tim bisa di dorong supaya ada satu anggota tim yang
mencatat, yang lainnya mengkritik, yang lain lagi memberi dukungan, dan yang
lain lagi memeriksa poin-poin yang meencapai titik dari informasi yang
dipresentasikan.
G. Persiapan presentasi tim
Para siswa
didorong untuk memadukan semua topic kecil dalam presentasi tim. Di sana harus
ada sintesis aktif dari topik-topik kecil tersebut supaya selama diskusi tim
presentasi tim akan menjadi lebih dari sekedar sekumpulan presentasi topic
kecil.
Diskusi
mengenai bentuk presentasi tim harus mengikuti sintesis materi topic kecil.
Bentuk presentasi tersebut haruslah ditentukan berdasarkan konten materinya.
Misalnya bila sebuah kelompok tidak dapat mencapai kesepakatannya, maka bentuk
ideal presentasi mereka adalah mempresentasikan debat kehadapan kelas.
H. Presentasi tim
Dalam
presentasi tim, mereka boleh saja memasukkan sebuah periode Tanya-jawab atau
waktu untuk memberikan komentar dan umpan balik. Sebagai tambahan, mengikuti
presentasi tersebut guru mungkin akan merasa perlu memimpin sesi atau
mewawancara tim supaya tim lainnya dapat mempelajari sesuatu mengenai apa yang
terlibat dalam pembangunan presentasi tersebut.
Biasanya tim
yang sukses akan dipandang sebagai model. Selama sesi wawancara
I.
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan dalam 3 tingkatan:
1.
Pada saat presentasi tim dievaluasi
oleh kelas
2.
Kontribusi individual terhadap usaha
tim dievaluasi oleh teman satu timnya.
3.
Pengulangan kembali materi atau
presentasi topic kecil oleh tiap siswa dievaluasi oleh sesama siswa.
2.
Mitos Belajar
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk
memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota
kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui
interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia
menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa
belajar dalam kelompok secara kooperatif,
2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri
dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan
agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang
berbeda pula
4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari
pada perorangan.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu
saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut
Ibrahim dkk. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya
jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas
tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik,
dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang
lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang
memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif
memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku,
agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif
ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial
yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat,
Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki
dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu
memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan
keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) siswa mempunyai
tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2) siswa dapat
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan
siswa, dan 4) meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.
Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa
mereka sehidup sepenanggungan bersama
2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam
kelompoknya
3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama
4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya
5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan
penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok
6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya
7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar